- Back to Home »
- Fans berharap bisa mendapatkan pujaan baru asal ranah Minang yang bisa mereka banggakan seperti di era sebelumnya.
Fans berharap bisa mendapatkan pujaan baru asal ranah Minang yang bisa mereka banggakan seperti di era sebelumnya.
Putaran pertama Indonesia Super League (ISL) 2014 diakhiri Semen
Padang FC di peringkat empat klasemen wilayah barat. Sebuah hasil
lumayan, karena masih dalam rel target yang dibebankan manajemen tim.
Satu-satunya tugas tim pelatih dan pemain di putaran kedua hanya
mempertahankan peringkat tersebut sampai berakhirnya paruh kedua
kompetisi.
Walau sejauh ini perjalanan Semen Padang cukup bagus, fans dan
suporter masih kerap 'bernyanyi', nyanyian yang sesungguhnya sudah kerap
dikumandangkan sejak berlaga di ISL 2010/2011. Inti dari nyanyian itu
adalah: 'kemana putra daerah? sangat jarang pemain asli Sumbar yang
masuk tim inti'.
Empat atau lima tahun terakhir, praktis hanya Hengky Ardiles, putra
daerah yang tak pernah tergusur dari starting XI. Musim 2012/13 ditambah
Jandia Eka Putra yang full semusim di bawah mistar sebagai kiper utama.
Musim ini, Jandia angin-anginan, dan harus bergantian lagi dengan
Fakhrurrozi.
Sementara, pemain-pemain asli Sumbar lainnya lebih banyak menghuni
bench, atau sekadar didaftarkan ke regulator Liga, karena tak pernah
dapat baju.Putra Daerah: Hengki Ardiles menjadi satu dari sedikit putra daerah Sumbar yang menghuni tim inti Semen Padang.
Faktanya, di luar pemain asing dalam empat tahun terakhir, talenta
Sumbar memang kalah dibanding anak-anak Kebun dari Deli Serdang,
Pujakesuma dari Medan, Anak-anak Aceh yang militan, pemain pulau Jawa
yang lahir dari persaingan ketat. Apalagi dibanding talenta-talenta
alami dari Papua.
Bahkan musim ini, serbuan bakat-bakat rancak dari Maluku semakin
mempersempit ruang pemain lokal Sumbar bermain di klub daerahnya
sendiri. Musim ini saja, empat talenta Maluku menghiasi skuat Semen
Padang seperti Hendra Bayauw, Ricky Ohorella, M. Nur Iskandar, serta
yang paling anyar, Valentino Telaubun.
Nostalgia era Galatama, di mana 70-80 persen skuat Semen Padang
dihuni putra daerah, belum hilang dari ingatan mereka. Mereka ingin era
generasi emas putra daerah berjaya seperti di era Nil Maizar, Delvi
Adri, Afdhal Yusra, Wellyansyah, Endra Mahyuni, Ricky Darman, Hendra
Susila, Asfinal, dan lain-lainnya, kembali terwujud. Ada faktor
kebanggaaan, dan sedikit fanatisme di sana.
Pertanyaannya, kenapa putra daerah Sumbar sulit bersaing di tim
daerahnya sendiri? Banyak jawaban dan hipotesa yang bisa mengemuka.
Faktor kualitas, baik teknik, skill, ataupun mental? Atau manajemen yang
memang tak mau memberi ruang? Atau pertimbangan profesionalisme dan
prestasi sebagai prioritas, manajemen tak melihat skuat dari daerah mana
asal pemain, melainkan skill, dan kualitas pemain?
Bisa jadi. Tapi faktanya detik ini Semen Padang lebih terlihat mirip
klub-klub Eropa yang hanya menyisakan segelintir pemain lokal.
Mungkin
ini fakta yang tak terbantahkan. Ketika penulis yang sudah hampir 20
tahun bergaul dengan pelatih yang silih berganti menangani Semen Padang,
umumnya memberikan jawaban senada. Pemain asal Sumbar, secara teknis
tak kalah dengan pemain daerah lain. Kekurangan mereka hanya dari segi
mental.
Apa yang salah? Apakah karena faktor pembinaan usia dini di daerah,
atau pembinaan di internal Semen Padang sendiri yang tak memadai untuk
melahirkan pemain-pemain muda berkualitas bagus dan bermental baja?
Bisa jadi. Ketika usia dini, talenta Sumbar banyak yang terpantau
bagus dan menjanjikan. Tapi seiring meningkat umurnya, mereka justru
makin tak berkembang. Apakah muara pembinaan yang tak jelas?
Kalau dicermati langsung gaya pembinaan usia dini di sejumlah daerah
di Sumbar, kadang ada yang salah kaprah. Contoh remeh: anak-anak itu
sudah direcoki mental hanya soal menang dan kalah di usia seharusnya
mereka hanya sebatas menikmati bermain bola. Hal-hal sepele seperti itu
kadang sering terabaikan.
Contoh lain, mereka sudah diberikan porsi latihan fisik, latihan
teknis yang berat, atau dididik sebagai pemburu kemenangan. Padahal
mereka belum perlu hal-hal seperti itu. Mereka cukup menikmati main bola
sepuasnya.
Fisik? Anak-anak tak mengenal kata lelah jika sudah bermain. Main
bola dari pagi sampai sore hari tak masalah, yang ada hanya kebosanan.
Itu sebabnya, talenta-talenta cemerlang itu layu sebelum berkembang,
baik teknis maupun mental, karena sudah dijejali hal-hal yang belum jadi
makanan mereka.
Ribuan anak dari ratusan SSB di Sumbar, yang muncul bak jamur di
musim hujan, ingin jadi pesepakbola profesional, tapi sangat langka yang
sampai berbuah matang. Salah satu penyebabnya, banyak pelatih SSB tak
punya lisensi kepelatihan yang memadai, apalagi untuk usia dini. Padahal
di negara-negara maju, pelatih usia dini minimal Lisensi C konfederasi,
bukan federasi. Begitu vitalnya.
Akibatnya, hanya segelintir yang kemudian mampu menjelma menjadi
pemain yang siap bersaing di level papan atas. Ironisnya, mereka
berkibar justru di klub luar Sumbar.
Contoh teraktual tentu harus menyebut nama Irsyad Maulana, yang
berkibar bersama Arema Cronus. Sebelumnya mungkin ada Masperi Kasim dan
Romi Diaz Putra (PSMS Medan), Oktavianus (Persija), atau Bobby Satria
(Sriwijaya FC). Selebihnya tak banyak pemain Sumbar yang berkibar di
luar daerah.Sukses Di Luar: Irsyad Maulana menjadi salah satu pemain asli Sumbar yang sukses di klub luar daerah Sumbar.
Beruntunglah sekarang, angin segar mulai berhembus. Manajemen klub,
yang didukung PT Semen Padang, semakin peduli dengan fenomena minus
pemain daerah ini. Dalam dua tahun terakhir, Semen Padang sudah
menggelar turnamen Piala Semen Padang U-21 yang diikuti semua daerah di
Sumbar.
Hasil dari turnamen itu, tim semen Padang U-21 sekarang 80 persen
adalah pemain muda yang dilahirkan dari turnamen ini. Diharapkan dari
sini mereka akan makin matang, dan semakin banyak yang dapat
dipromosikan ke tim senior, untuk menjawab kerinduan fans Semen padang.
Selain itu, untuk tingkatan usia di bawahnya, Semen Padang juga punya
Akademi sepakbola U-17, yang merekrut pemain-pemain belia dari berbagai
daerah di Sumbar. Sekarang pemain akademi ini diproyeksikan untuk
mewakili Sumbar ke PON Remaja 2014, akhir tahun ini. Diharapkan skuat
Semen Padang di masa mendatang kembali dikuasai Urang Awak di masa
mendatang. (gk-33)